Selasa, 03 Januari 2012

tiga cara menulis puisi cinta sederhana

tiga cara menulis puisi cinta sederhana untuk kau
saat berada di sebuah pulau yang jauh dari rumah

di sini, di pulau yang jauh ini, aku menyadari dua hal:
aku pergi dari rumah cuma membawa sedikit bekal kata
dan kau telah menyimpan rindu di setiap perjalananku.
di kamar hotel, aku selalu mencuri-curi waktu
dan mencari-cari cara menulis puisi agar kelak
aku bisa membawa pulang oleh-oleh:
beberapa puisi sederhana untuk kau.
1.
pintu juga semua jendela kamar hotel sengaja
aku biarkan terbuka sepanjang siang, sayang.
di punggung meja kecil di dekat ranjang
aku menyiapkan pena dan selembar kertas.
agar langit yang bening, cuaca yang hening,
pantai berpasir seputih wajahmu, debur halus
ombak, juga jejeran pohon kelapa dan perahu
nelayan mau masuk menuliskan diri mereka.
sebelum tidur, aku cuma perlu menerakan
namamu di antara mereka. sederhana, bukan?
2.
aku membayangkan diriku sebagai suami,
seorang nelayan tua memiliki anak sekian.
saban hari berjuang menerjang gelombang
pulang dengan ikan dan lokan sekeranjang.
di tubir pantai, kau kubayangkan sebagai istri
dengan senyum paling hangat menyambutku tiba.
kau bilang telah sedia segelas kopi di rumah
dan anak-anak sedang bermain di halaman.
aku tuliskan saja semua itu, sebab sungguh,
seperti selalu kau bilang, sesederhana itulah
cita-cita yang kau rindukan. seperti sebuah
puisi yang tidak dipenuhi kata-kata susah.
3.
sebelum langit sore berubah merah,
anak-anak riang bermain di pantai.
saling berkejaran dan lepas tertawa.
aku dan kau, dua di antara mereka.
aku lelaki kecil yang sangat peragu,
kau gadis mungil yang hangat tapi pemalu.
ketika tiba giliranku mengejar, aku sengaja
mengejarmu namun berusaha tak menangkapmu.
aku membiarkan kau menjauh dari anak-anak lain.
di sebuah jarak, saat kau jatuh di ujung ombak
aku menangkapmu. aku menatap dua matamu,
kau menunduk menatap pantulan wajahku di air.
anak-anak lain menertawai kita. wajah kita merah
seperti senja yang sebentar lagi tiba.
bukankah peristiwa itu sudah menjadi puisi
bahkan sebelum kata-kata menyentuhnya?

Copy by Isti Fatmala Yakhmadi
http//:www.hurufkecil.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar